Minggu, 31 Maret 2013

Profil Pemenang AGF-BC CEKISAH SUKSES UKM: Dengan Kain Perca SURYANTI Terbang Ke Inggris


BISNIS.COM,JAKARTA — Dari mengolah kain perca bersama komunitas perempuan Pelangi Nusantara membawa Noor Suryanti (41) asal Singosari, Malang, Jawa Timur, terbang ke luar negeri untuk berpartisipasi dalam kunjungan studi ke Inggris pada Mei dan mendapatkan hadiah total Rp100 juta.
"Dari kecil jadi luar biasa. Perca membawa saya pergi ke London," kata Suryanti dengan bangga, pasalnya dia belum perah pergi ke luar negeri.
Ketua Kumunitas Pelangi Nusantara itu terpilih sebagai pemenang Community Enterpreneurs Challenges untuk kategori pemula (start-up) yang diselenggarakan oleh Arthur Gunnes Fund dan British Council.
Setelah beberapa tahun lulus di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, pada 2001 Suryanti terjun sebagai pelaku usaha untuk pasar Malang, dan Surabaya. Dia juga ikut pameran di Makasar dan Kalimantan.
Dia membuat mukena, busana, sarung bantal, taplak meja dan lain-lainnya. Usahanya terus berkembang. Sementara kain perca sisa jahitannya juga semakin banyak. "Ibu saya bilang kain perca jangan dibuang," katanya.
Dari situ timbul idenya untuk mengolah kain perca itu menjadi berbagai model tas, sarung bantal, taplak meja dan produk lainnya. Permintaan pun banyak. Pada 2005, untuk pertama kali dia ikut pameran di Jakarta, sehingga dia dapat melihat perbandingan desain dan mutu dari produk lainnya.
Di Malang, Pandaan dan Pasuruan , katanya, banyak terdapat usaha konveksi sehingga sisa kain perca pun banyak. Sementara kaum perempuan di wilayahnya juga banyak yang tidak bekerja dan banyak yang menikah muda. Pendidikannya juga rendah.
Untuk itu, timbul idenya untuk memberdayakan kaum perempuan di wilayahnya. Pada 2008, Suryanti yang senang menjahit itu, membina kaum perempuan untuk mengolah kain perca itu. Pada 2011, dia mendirikan komunitas Pelangi Nusantara dan kini membina kurang lebih 10 kelompok atau 150 orang. Dari masing-masing kelompok mempunyai tugas pekerjaan yang berbeda-beda, sesuai dengan keterampilannya. Awalnya, kata Suryanti, mereka mengatakan sulit, karena belum terbiasa. Nanti setiap kelompok, katanya, ada ketuanya. "Saya mengalihkan waktu menonton tv dan waktu merumpi mereka untuk bekerja. Saya terus memotivasi mereka, karena jenis pekerjaannya tidak hanya satu macam saja," katanya.
Dari hasil tugas yang diberikan Suryanti, maka dia dapat menentukan kemampuan masing-masing. "Saya berusaha juga belajar dan saya tekuni," kata Suryanti yang ingin menularkan kemampuannya pada orang banyak itu.
Dia berkeinginan untuk menggunakan kain Indonesia. Tapi tahap awal dimulai dari kain Jawa Timur. Baik itu menggunakan kain tenun mau pun kain batik. Melalui kain perca, ibu dua anak itu juga mengenalkan asal kain batik itu kepada binaannya. Ada batik Malang, Madura, Banyuwangi dan lain-lain, sehingga pengetahuan mereka juga bertambah.
Kain perca itu ada yang diolah dengan teknik quilting atau anyaman. Kain perca itu dipadukannya dengan kain polos dan aksesoris yang menarik. "Saya mengajarkan mereka dengan kualitas ekspor," katan Suryanti yang mendapatkan order secara rutin setiap bulan dari Jepang senilai kurang lebih Rp5 juta.
Apalagi 2015, katanya, akan terjadi pasar bebas ASEAN, maka produk kerajinan dari luar negeri pun bebas masuk. Saingan produknya terutama dari Thailand. Untuk itu, dia terus berupaya mengaungkan pakai produk dalam negeri.
Adanya pembinaan itu, katanya, juga dapat meningkatkan wawasan dan pendapatan kaum perempuan di daerahnya.
Mengenai bahan baku, katanya, tidak menjadi kendala, karena usaha konveksi banyak di daerahnya. Selain itu, permintaan di daerahnya juga banyak. Produknya dapat untuk cinderamata atau tas seminar. "Peluang usahanya sangat besar," katanya.
Produk yang dibuatnya dapat berupa berbagai model tas, bantal kursi, taplak meja, dan lain-lain. Permintaan itu datang dari berbagai kalangan. Misalnya, perusahaan-perusahaan, perguruan tinggi, instansi pemerintah, atau pribadi.
"Harapan saya dengan adanya pembinaan ini dapat meningkatkan pendidikan kaum perempuan," katanya.
Editor : Bambang Supriyanto
http://www.bisnis.com/m/kisah-sukses-ukm-dengan-kain-perca-suryanti-terbang-ke-inggris

Rabu, 10 November 2010

Kiprah Pelangi Craft

Berdiri sejak tahun 2001 dipimpin oleh Ir. Nur Rahmayanti. Dengan modal awal Rp 5.000.000 sekarang telah berkembang menjadi Rp 150.000.000, dengan jumlah omset sebanyak Rp. 200.000.000. Memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang dan berkembang menjadi 10 orang. Pertama kali mencoba dengan memanfaatkan kain perca yang banyak tersedia. Usaha ini berasal dari usaha butik busana Muslim, yang telah berdiri sejak tahun 1996. Butik ini bernama Rahmayanti Collection. Usaha tersebut berjalan cukup pesat dengan perkembangan mode busana Muslim yang semakin variatif. Dari limbah kain perca butik tersebut timbul ide membuat produk yang mempunyai nilai jual yang merupakan difersifikasi dari produk utama yaitu pakaian jadi dengan melalui promosi, pameran-pameran produk yang dihasilakan dari kain perca seperti bantal kursi, taplak meja, bed cover, tas dll. Usaha ini ternyata mendapat respon yang cukup bagus dari konsumen. Akhirnya tahun 2001 muncul Pelangi Craft yang membuat produk-produk Kerajinan dari bahan textil. Perusahaan ini mendapat Anugerah Penghargaan Parasmya Kertanugraha 2008 oleh Propinsi Jawa Timur Kategori Wirausaha Perempuan.

Senin, 01 November 2010

Putus Sekolah Dilatih Keterampilan

Sebagai sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat yang didirikan sejak tahun 2007 silam, lembaga ‘Kreasi Pelangi’ terbukti sangat peduli terhadap kesejahteraan masyarakat dengan membekali berbagai bentuk keterampilan (lifeskill) sebagai bekal kemampuan berwirausaha. Peserta yang diberi keterampilan terutama adalah warga masyarakat kurang mampu atau putus sekolah.
‘Kreasi pelangi’ memberikan berbagai macam keterampilan inovatif berbahan dasar kain perca (patchwork) yang menggabungkan seni sulam, pita, benang, bordir dan batik.
Sasaran pelatihan keterampilan adalah kalangan pondok pesantren, kelompok-kelompok kader PKK atau Posyandu, organisasi wanita, anggota fatayat, himpunan wanita karya, dan remaja putri putus sekolah. Mereka ini dilatih secara profesional dan berkelanjutan oleh tim instruktur dari lembaga kreasi pelangi yang berpusat di jalan Wijaya Barat 84 Singosari ini.
Dikatakan pemilik lembaga Kreasi Pelangi, Ir Noor Suryanti, tim kreasi pelangi tidak hanya sekadar memberikan pelatihan semata melainkan juga memotivasi untuk berwirausaha mandiri di bidang tekstil dari keterampilan yang telah didapat. Peserta dilatih mampu memproduksi sendiri hingga memasarkan hasil produk. “Selain keterampilan kami juga melatih tentang dasar-dasar pemasaran, desain kemasan produk hingga pemasaran produk lewat online sehingga usaha mereka berkembang dan maju,” terang Suyanti.
Awalnya, imbuh Suryanti, masalah permodalan sempat menjadi kendala namun dapat teratasi dan didapati banyak celah solusi. Diantaranya dapat bekerjasama dengan berbagai koperasi seperti koperasi wanita, lembaga keswadayaan binaan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), dan lembaga pemberdayaan masyarakat lainnya.
Untuk memajukan usaha bersama-sama agar lebih cepat dan ringan peserta juga diarahkan supaya membentuk kelompok dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Dalam kelompok usaha ini dibentuk masing-masing divisi, seperti produksi, pemasaran, dan lainnya. Hal ini dirasa cukup bisa memudahkan usaha mereka.
Ditambahkan pemilik usaha ‘Pelangi Craft’ ini, tim kreasi pelangi beranggotakan empat instruktur yang bertugas melatih masyarakat secara rutin setiap hari. Mereka tersebar di tiga tempat pelatihan, yakni Gondanglegi, Singosari, Bandulan serta wilayah lain di Malang raya.
Atas dedikasinya melatih masyarakat putus sekolah, 2008 lalu lembaga ‘Kreasi Pelangi’mendapat penghargaan anugerah Parasamya Karta Nugraha dari Gubernur Jawa Timur (UKM Award 2008)